Tinggal pesan sebelum pergi
Tim Mapesa punya kisah tersendiri menyangkut kompleks makam yang
terdapat di Gampong Santan, Aceh Besar, ini. Meskipun jauh-jauh hari,
Sekretaris Mapesa, Adinda Mizuar Mahdi,
sudah menyiapkan segala sesuatu agar Tim dapat melakukan meusiraya
membersihkan dan menata kompleks makam seperti yang biasa mereka adakan
setiap pagi hari akhir pekan, namun “malang” tak dapat ditolak.
Mereka gagal pulang dengan tangan kotor dan badan berpeluh seperti biasanya seusai gotong-royong di kompleks-kompleks makam bersejarah yang sudah lama terabaikan. Menurut Adinda Mizuar, putra pemilik properti di mana kompleks itu berada sedikit bertingkah—mungkin sedang ada gangguan sinyal! Padahal ayahnya, sebagai pemilik tanah yang sah, sudah memberikan izin untuk Mapesa berkegiatan. Geuchik gampong setempat pun sudah diberitahu dan disurati. Adu lidah pun, katanya, sempat terjadi untuk beberapa saat, namun Tim yang berjiwa besar—sebagaimana semangat mereka yang besar—akhirnya menerima “takdir” dengan lapang dada. “Ya sudahlah, tentu ada hikmahnya!” mungkin begitu suara bergema dalam hati kecil mereka.
Tapi bukan Mapesa namanya kalau tidak bersikeras untuk dapat mendaftarkan nama tokoh yang dimakamkan di kompleks tersebut. Adinda Mizuar ternyata sudah lebih dahulu mengantongi beberapa gambar batu nisan dalam kompleks. Ia tidak mungkin melepaskan batu nisan itu begitu saja. Nama tokoh yang terpahat pada batu nisan itu harus berhasil dimasukkan ke dalam daftar panjang ratusan tokoh yang telah memberikan sumbangan besar bagi kebudayaan dan peradaban Aceh Darussalam, yang membuat bandar di utara Sumatera ini terkenal di barat dan timur dunia.
Data tentang ratusan tokoh, khususnya tokoh-tokoh dari abad ke-16 M, teramat penting dalam proses identifikasi kembali kesejatian diri masyarakat Aceh sehingga pada gilirannya diperoleh suatu persepsi yang benar tentang diri orang Aceh, terutama tentang risalah yang dipanggul oleh orang Aceh semenjak Islam bersinar di buminya. Dan dengan persepsi tersebut, kita akan berusaha menempatkan diri di tempat yang layak dalam abad ke-21 ini. Darah yang sama akan menyambung risalah yang sama dengan seiizin Allah dan taufiq dari-Nya.
Oleh: Musafir Zaman
(Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di Group Facebook)
Mereka gagal pulang dengan tangan kotor dan badan berpeluh seperti biasanya seusai gotong-royong di kompleks-kompleks makam bersejarah yang sudah lama terabaikan. Menurut Adinda Mizuar, putra pemilik properti di mana kompleks itu berada sedikit bertingkah—mungkin sedang ada gangguan sinyal! Padahal ayahnya, sebagai pemilik tanah yang sah, sudah memberikan izin untuk Mapesa berkegiatan. Geuchik gampong setempat pun sudah diberitahu dan disurati. Adu lidah pun, katanya, sempat terjadi untuk beberapa saat, namun Tim yang berjiwa besar—sebagaimana semangat mereka yang besar—akhirnya menerima “takdir” dengan lapang dada. “Ya sudahlah, tentu ada hikmahnya!” mungkin begitu suara bergema dalam hati kecil mereka.
Tapi bukan Mapesa namanya kalau tidak bersikeras untuk dapat mendaftarkan nama tokoh yang dimakamkan di kompleks tersebut. Adinda Mizuar ternyata sudah lebih dahulu mengantongi beberapa gambar batu nisan dalam kompleks. Ia tidak mungkin melepaskan batu nisan itu begitu saja. Nama tokoh yang terpahat pada batu nisan itu harus berhasil dimasukkan ke dalam daftar panjang ratusan tokoh yang telah memberikan sumbangan besar bagi kebudayaan dan peradaban Aceh Darussalam, yang membuat bandar di utara Sumatera ini terkenal di barat dan timur dunia.
Data tentang ratusan tokoh, khususnya tokoh-tokoh dari abad ke-16 M, teramat penting dalam proses identifikasi kembali kesejatian diri masyarakat Aceh sehingga pada gilirannya diperoleh suatu persepsi yang benar tentang diri orang Aceh, terutama tentang risalah yang dipanggul oleh orang Aceh semenjak Islam bersinar di buminya. Dan dengan persepsi tersebut, kita akan berusaha menempatkan diri di tempat yang layak dalam abad ke-21 ini. Darah yang sama akan menyambung risalah yang sama dengan seiizin Allah dan taufiq dari-Nya.
Kembali
ke batu nisan yang telah direkam Adinda Mizuar di kompleks makam Gampong
Santan, Aceh Besar. Adinda saya yang berbahagia ini telah mengizinkan saya
untuk mempublikasikan tentang tokoh yang merupakan salah seorang pembangun
peradaban Aceh Darussalam dalam abad ke-16 itu.
Pada
nisan tokoh terdapat inskripsi berbahasa Arab yang terjemahannya demikian:
“Inilah
kubur orang yang berbahagia (as-sa’id: lazim dipakai untuk bangsawan) lagi
dirahmati (al-marhum) yang bernama Tun Murbah (mim-ra-ba-ha?) yang digelar
Orang kaya-kaya Paduka Seri Rama, semoga Allah mengampuninya dan kedua orang
tuanya. Adalah nisan ini dibuat pada masa hidupnya tahun 993 dari hijrah Nabi
sebaik-baik makhluk. Dunia hanyalah sesaat, maka jadikanlah ia untuk berbuat
taat.”
Suatu
hal yang lain daripada yang lain dari nisan ini adalah karena ia dibuat pada
saat Al-Marhum masih hidup di tahun 993 H (1585 M), tidak disebutkan hari,
tanggal dan bulan. Dan tampak jelas, Al-Marhum telah meninggal dunia dalam
tahun di mana ia sudah mendapatkan firasat bahwa ia akan meninggalkan dunia
yang fana ini dalam tahun itu, dan karena itu ia menitip pesan bagi generasi
yang datang di belakangnya: Dunia itu hanyalah sesaat, maka jadikanlah ia untuk
berbuat taat. Ia memang ingin berkomunikasi dengan generasi Aceh yang kemudian,
dan tampaknya ia memang ingin generasi Aceh sesudahnya melanjutkan risalah
mereka. Ya, mereka sungguh ingin berbicara dengan kita. Semoga Allah merahmati
mereka.
Salam
hormat dan sayang kepada Adinda Mizuar dan seluruh Tim Mapesa. Meskipun dalam
keadaan seperti sekarang, rindu dan ta’zhim kepada seluruh keluarga besar
Mapesa tak sedikit pun memudar, bahkan terus bertambah-tambah. Semoga selalu
dalam lindungan Allah dan ‘inayah-Nya. Terima kasih.
Berikut
inskripsinya menurut urutan gambar:
1. هذا القبر السعيد |
2. المرحوم المسمى |
3. تون مربه (؟) الملقب |
4. أورغكيكاي 5. فادك سر راما 6. غفر الله له ولوالديه (؟ |
7. وكان عمل هذا 8. النشان في حيوته (كذا) 9. عام ثلث وتسعين وتسعمائة |
10. من هجرة النبي خير البرية 12. الدنيا ساعة 13. فجعلها (كذا) طاعة |
Oleh: Musafir Zaman
(Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di Group Facebook)