KEGIATAN ini terlaksana atas
kerja sama Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal, TMII (Taman Mini Indonesia
Indah) dengan Center for Information of Samudra Pasai Heritage (CISAH). Dibuka
oleh Bapak Menteri Agama pada 6 Mei 2015.
Ada tiga batu nisan bersurat yang
membuktikan itu, dua di antaranya berada di Leubok Tuwe, Meurah Mulia dan satu
di Matang Ulim, Samudra, Aceh Utara. Ketiga nisan bersurat tersebut memuat
epitaf yang menjelaskan bahwa mereka adalah tokoh yang syahid serta dicintai
oleh hati orang banyak (mahbub qulub al-khala'iq). Dua tokoh pemilik makam di
Leubok Tuwe meninggal pada tahun 622 H (1225 M), dan yang di Matang Ulim
meninggal pada 676 H (1277 M).
Dari kata 'as-sa'id' pada epitaf
ketiga nisan tersebut dapat diketahui bahwa ketiganya merupakan penguasa
sebelum Malik ash-Shalih.
Untuk mengharapkan apreasiasi
serupa ini dari Pemerintah Aceh tampaknya masih sulit. Mereka tinggi di bulan,
dan saya (Meugat Seukandar) tak ubahnya seperti pungguk merindukan, atau
mungkin saya seperti anjing yang menggonggong dan mereka kafilah yang
berlalu... atau katakanlah apa saja semisal itu.
Padahal, apa salahnya masyarakat
Aceh, terutama para pemuda dan remajanya, dapat menyaksikan apa yang
ditinggalkan oleh para pendahulu mereka agar tambah cintanya ia pada negeri
ini, agar tambah giat dan sungguh-sungguhnya ia dalam mengabdi. Apa salahnya
dan apa sulitnya?!
Pameran ini merupakan sebuah
apresiasi besar terhadap Kerajaan Islam Samudra Pasai dan tinggalan sejarahnya.
Terimaksih tak terhingga kepada Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal, TMII.
Berkat usahanya, tinggalan sejarah Samudra Pasai dapat disaksikan oleh
masyarakat nasional
HasbiyaLlah wa ni'ma'l Wakil..!
Foto-foto: Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal, TMII