Nisan makam ini ditemukan
di areal tambak Gampoeng Pandei, Banda Aceh, oleh Adinda Mizuar Ibn
Mahdi dan Tim dari MAPESA pada 10 April 2012 lalu, berada tidak jauh dari
pesisir laut, dan terendam air asin saat pasang naik.
Kondisi nisan terlihat utuh, dan inskripsi pada nisan setelah dibersihkan dari kerang-kerangan yang melekat juga tampak relatif sempurna, hanya beberapa bagian inskripsi yang terdapat cacat kecil tapi masih sangat jelas terbaca.
Nisan ini yang sepertinya ditemukan dalam keadaan tunggal, yakni kehilangan pasangannya sebagaimana yang lazim terdapat pada setiap makam, merupakan batu nisan bertipologi Samudra Pasai (Pasai), dan tampaknya, nisan yang ditemukan adalah nisan pada bagian kaki (selatan) makam.
Dari inskripsi, tipologi dan tempat temuan nisan tinggalan sejarah ini, barangkali dapat disimpulkan bahwa pemilik makam adalah seorang alim ulama yang berasal dari Samudra Pasai. Ia berhijrah ke pusat pemerintahan Aceh Darussalam pasca keruntuhan Samudra Pasai di awal abad ke-10 H/16 M pada masa Sultan 'Ali Mughayat Syah (W. 936 H/1530 M) memerintah.
Syaikh Tuan Kamil telah dimuliakan dan ditempatkan pada kedudukan yang layaknya di Aceh Darussalam sebagai seorang ulama yang diakui kealiman dan kecerdasannya. Hal ini juga semakin menguatkan kenyataan bahwa ketika Sultan 'Ali Mughayat Syah memerintahkan untuk menyerang Samudra Pasai di awal abad itu, maka yang ditujunya adalah melumpuhkan kekuatan dan pengaruh Portugis yang bercokol pada waktu itu. Di bawah komando Maharaja Ibrahim (makamnya berada di Gampong Ilie-Ulee Kareng, komplek makam Po Teumerhom), Samudra Pasai berhasil dibersihkan dari kekuatan imperialis Portugis, namun kota itu tidak lagi menjadi pusat pemerintahan. Di antara alim ulama yang diboyong ke Aceh Darussalam adalah Syaikh Tuan Kamil ini, Wafat (930 H/1524 M).
Kondisi nisan terlihat utuh, dan inskripsi pada nisan setelah dibersihkan dari kerang-kerangan yang melekat juga tampak relatif sempurna, hanya beberapa bagian inskripsi yang terdapat cacat kecil tapi masih sangat jelas terbaca.
Nisan ini yang sepertinya ditemukan dalam keadaan tunggal, yakni kehilangan pasangannya sebagaimana yang lazim terdapat pada setiap makam, merupakan batu nisan bertipologi Samudra Pasai (Pasai), dan tampaknya, nisan yang ditemukan adalah nisan pada bagian kaki (selatan) makam.
Dari inskripsi, tipologi dan tempat temuan nisan tinggalan sejarah ini, barangkali dapat disimpulkan bahwa pemilik makam adalah seorang alim ulama yang berasal dari Samudra Pasai. Ia berhijrah ke pusat pemerintahan Aceh Darussalam pasca keruntuhan Samudra Pasai di awal abad ke-10 H/16 M pada masa Sultan 'Ali Mughayat Syah (W. 936 H/1530 M) memerintah.
Syaikh Tuan Kamil telah dimuliakan dan ditempatkan pada kedudukan yang layaknya di Aceh Darussalam sebagai seorang ulama yang diakui kealiman dan kecerdasannya. Hal ini juga semakin menguatkan kenyataan bahwa ketika Sultan 'Ali Mughayat Syah memerintahkan untuk menyerang Samudra Pasai di awal abad itu, maka yang ditujunya adalah melumpuhkan kekuatan dan pengaruh Portugis yang bercokol pada waktu itu. Di bawah komando Maharaja Ibrahim (makamnya berada di Gampong Ilie-Ulee Kareng, komplek makam Po Teumerhom), Samudra Pasai berhasil dibersihkan dari kekuatan imperialis Portugis, namun kota itu tidak lagi menjadi pusat pemerintahan. Di antara alim ulama yang diboyong ke Aceh Darussalam adalah Syaikh Tuan Kamil ini, Wafat (930 H/1524 M).
Nisan Syiakh Tuan Kamil |
1. Ini kubur orang yang terpelihara lagi pemurah, syaikh (guru) yang cerdas lagi terkenal Tuan (Tun) Kamil.
2. diwafatkan kerahmatu-Llah pada hari jumu'ah kesembilan dari bulan Zul Hijjah tahun tiga puluh (30) dan
3. [dan] sembilan ratus
(900) dari perpindahan Al-Mushthafa (Hijrah Nabi) ke atas beliau
seutama-utama shalawat dan salam. (Mapesa/MZ).
Foto saat awal penemuan nisan Syaikh Tuan Kamil tahun 2012. |
Kondisi awal saat penemuan posisi masih terbenam dalam lumpur. |
Membersihkan lumpur dan tiram yang melekat pada nisan Syaikh Tuan Kamil |
Memberi kapur pada Inksripsi untuk kebutuhan proses pembacaan. |
Masih tampak tiram yang melekat pada nisan Syaikh Tuan Kamil. |
Foto bersama Tim Mapesa saat selesai dibersihkan. |