Berziarah ke Makam Syaikh Zainuddin*)
Banyak sekali orang Aceh yang bernama Zainuddin, baik masyarakat maupun tokoh-tokohnya, di antara mereka yang terkenal adalah H.M. Zainuddin, sejarawan Aceh di pertengahan kedua abad ke-20 silam. Nama ini menjadi sering digunakan untuk penamaan tidak terlepas dari pengaruh keberadaan tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah dunia Islam yang bernama atau bergelar dengan Zainuddin (Artinya: hiasan Agama).
Bagi kita yang pernah menimba ilmu
pengetahuan di dayah-dayah Aceh, nama Zainuddin terasa sangat akrab. Kita tidak
bisa menyelesaikan pendidikan di dayah sebelum berhasil menguasai isi sebuah
karya fiqh dari ulama yang nama panjangnya ialah: Asy-Syaikh Zainuddin Ahmad
bin Al-Qadhi Muhammad Al-Ghazaliy bin Asy-Syaikh Al-Imam Zainuddin Al-Makhdum
Al-Kabir Al-Ma'bariy Asy-Syafi'iy Al-Asy'ariy Al-Fannaniy Al-Malibariy
Al-Hindiy. Ia adalah pengarang Qurratul 'Ain dalam ilmu fiqh dan syarahnya,
Fathul Mu'in yang terkenal (komentarnya/hasyiyahnya berjudul I'anat
Ath-Thalibin), dan juga Tuhfatul Mujahidin, satu karya monumental di bidang
sejarah. Murid dekat dari Ibnu Hajar Al-Haitamiy, salah satu poros Syafi'iyyah,
ini telah dilahirkan di Chombal pada 938 H/1532 M. Kakeknya juga bergelar dan
terkenal dengan Syaikh Zainuddin, seorang ulama yang terkemuka dan banyak
melahirkan karya-karya dalam bidang tasauf. Maka karenanya Zainuddin pengarang
Fathul Mu'in disebut dengan Zainuddin Yang Kedua (Ats-Tsaniy), cucu dari
Zainuddin Yang Pertama.
Begitulah sehingga nama Zainuddin ini
sangat terkenal di dunia Islam, terutama di Aceh dan Asia Tenggara.
Oleh: Musafir Zaman