Geram
Makam
Almarhum Sultan 'Ali Ri'ayah Syah bin Sultan 'Alauddin, wafat Senin, 12 Rabi'ul Akhir 987 Hijriah (7 Juni 1579 Masehi), kompleks makam Baitur Rijal (Kandang 12), Kota Banda Aceh. |
Sebuah kajian singkat yang sedang dikerjakan mengharuskan
menyimak apa yang telah pernah ditulis sebelumnya. Sampailah kiranya kemudian
pada tulisan-tulisan yang ditulis pena Barat mengenai sejarah Islam di Asia
Tenggara. Dan ternyata lagi-lagi, dan untuk yang kesekian kalinya, resah campur
geram datang. Rasanya persis seperti sedang di pojok gelap bersama kawanan
nyamuk yang berisik dan menjengkelkan. Kajian singkat yang tadinya hendak
segera diselesaikan terpaksa berjeda demi melampiaskan geram!
Geram muncul ketika di satu sisi "pencabulan"
terhadap sejarah Islam di Asia Tenggara masih saja dipertontonkan dan lagi-lagi
memperoleh tempat di kalangan sebagian masyarakat bekas jajahan Barat,
sementara di sisi yang lain, sejumlah kerja pokok dalam upaya penulisan ulang
sejarah Islam di Asia Tenggara masih akan menyita waktu yang panjang dan tenaga
yang besar.
Menulis sejarah Islam tanpa memahami Islam dan memahami
bagaimana orang-orang Islam di masa lalu memahami dan menghayati agamanya,
lantas dengan ceroboh meloncat ke penyusunan narasi-narasi sejarah yang
sesungguhnya berpijak pada kesimpulan-kesimpulan dari hasil interpretasi
berlatarbelakang sudut padang Barat, ditambah lagi dengan penggunaan sejumlah
besar sumber asing yang hampir seluruhnya mewakili pengamatan dan pandangan
kaum imperialis dan misionaris Barat terhadap masyarakat Islam dengan tidak
memberikan perhitungan yang proporsional terhadap kebenaran serta keshahihanya,
semua itu adalah di antara bentuk-bentuk praktik "pencabulan" terhadap
sejarah Islam di Asia Tenggara.
Teks inskripsi yang sebentar lagi akan dimuat, saya kira,
adalah salah satu di antara sekian banyak teks yang sampai hari ini belum
digunakan sebagai sumber sejarah dalam tulisan-tulisan Barat, bahkan dalam
tulisan siapapun. Sengaja dimuat di sini, selain untuk melampiaskan geram, juga
untuk menunjukkan salah satu misal dari pengungkapan sejarah yang berasal dari
mereka yang memiliki sejarah itu sendiri, bukan dari pengamatan asing yang
terkadang justru bertindak sebagai musuh.
Pelaku sejarah yang diwartakan dalam teks inskripsi ini
adalah Sultan 'Ali Ri'ayat Syah (wafat 987 H/1579 M). Pewartanya, meski tidak
dapat diketahui nama dan jabatannya, tapi dari cara ia merangkai kata dan
kalimat dalam mengabarkan jelas saja ia seorang yang memiliki pengetahuan yang
luas, seorang sejarawan (mu'arrikh) dan sastrawan (adib). Lebih dari itu, ia
adalah saksi mata untuk tokoh pelaku sejarah ini, begitu pula untuk zamannya.
Teks tersebut, mulai dari bahasa, makna, gaya sampai
kaligrafinya tentu dengan jelas pula menyingkap wajah kebudayaan yang sedang
dikembangkan pada zaman itu di Aceh Darussalam. Wajah kebudayaan yang
sesungguhnya memiliki substansi yang sama dan dapat dijumpai secara merata di
berbagai pusat Islam di dunia, dan telah menempatkan kekhususan-kekhususan yang
dimiliki masing-masing wilayah dalam perbendaharaan kebudayaan Islam yang kaya.
Penulisan ulang sejarah Islam di Asia Tenggara, dari itu,
berarti suatu upaya besar-besaran dan dengan mengerahkan segala kemampuan untuk
menemukan ungkapan-ungkapan asli dan murni dari para pemilik sejarah itu
sendiri, dan lantas memaknakannya dengan seamanah serta setepat mungkin sesuai
maksud dan tujuan dari pengungkapan tersebut. Sebab, muak sudah rasanya berada
bersama kawanan nyamuk yang berisik dan menjengkelkan itu!
Berikut ini adalah inskripsi pada batu nisan makam Almarhum
Sultan 'Ali Ri'ayat Syah yang berada di kompleks makam Baitur Rijal, Kota Banda
Aceh:
Sisi A nisan Almarhum Sultan 'Ali Ri'ayah Syah. |
أ.
1. هذا القبر الكريم والروض
2. الجسيم الذي حل فيه السلطان
4. المرحوم ذو البرهان المحتوم
Sisi B nisan Almarhum Sultan 'Ali Ri'ayah Syah. |
ب.
1. المشهور صيت فضله في سائر البلدان
2. المدرور ديم كرمه في الأوطان
3. سلطان علي رعاية شاه بن
Sisi C nisan Almarhum Sultan 'Ali Ri'ayah Syah. |
ج.
1. سلطان علاء الدين بن سلطان
2. علي بن بن شمس شاه بن منور شاه
3. قد هجر القصر واختار هذا القبر
Sisi D nisan Almarhum Sultan 'Ali Ri'ayah Syah. |
د.
1. في يوم الإثنين ثاني عشر شهر ربيع
2. الآخر عام سبع وثمانين
3. وتسعمائة من الهجرة
Terjemahan:
A. 1. Inilah kubur mulia dan taman; 2. yang besar, yang di
dalamnya bertempat Sultan; 3. Almarhum pemilik bukti yang putus (tidak dapat
ditolak);
B. 1. yang terkenal disebut-sebut keutamaannya di seluruh negeri;
2. yang mengucur kekalan kemurahan hatinya di berbagai kawasan negeri; 3.
Sultan 'Ali Ri'ayah Syah bin;
C. 1. Sultan 'Alauddin bin Sultan; 2. 'Ali bin Syamsu Syah
bin Munawwar Syah; 3. Ia telah meninggalkan istana dan memilih kubur ini;
D. 1. pada hari Senin dua belas bulan Rabi'u; 2. Al-Akhir
tahun delapan puluh tujuh; 3. dan sembilan ratus dari Hijrah. (Senin, 12
Rabi'ul Akhir 987 Hijriah bertepatan dengan 7 Juni 1579 Masehi)
Bitai, 27 Sya'ban 1437 H.
Foto: Khairul Syuhada
Oleh: Musafir Zaman.
Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di group Mapesa.
0 Komentar