Nisan Plang Pleng setelah kembali ditata kembali setelah diangkat aleh Tim Mapesa dari bendaman Lumpur di gampong Pande - Banda Aceh minggu, 25/09/2016. |
Minggu, tanggal 25 september 2016 menjadi minggu ke -4
kalinya MAPESA menggelar meuseuraya di komplek makam Syaikh Tun Kamil wafat 930
H (1524 masehi)di gampong Pande. Berbekal alat sederhana dan semangat, kami kembali
bergelumut dengan lumpur yang tak pernah manis warnanya.
Teriakan panas matahari pada hari itu yang cukup membakar
tak kuasa juga mematahkan semangat para "kerbau terhormat" untuk
bermain lagi dengan lumpur, dengan harapan setiap gerukan akan menghasilkan
tanda-tanda adanya nisan sang tokoh masyhur Aceh pada masa terdahulu untuk kembali
dibangkitkan kepermukaan, guna ianya tak lagi dilecehkan, tak lagi diragukan
kemegahannya.
Sekitar 18 kerbau terhomat hari itu tidak memperdulikan lagi
waktunya, tenaganya, tubuhnya konon lagi pakaiannya yang semuanya sudah
diselimuti lumpur rawa nan penuh aroma sisa-sisa tsunami silam.
Salah satu Tim Mapesa membersihkan satu nisan plang pleng setelah berhasil diangkat ke permukaan. |
Berdasarkan informasi arkeolog
Deddy Satria, sebelum tsunami 2004 terdapat 60 nisan makam yang harus ditemukan
dengan jumlah 120 nisan. Hingga minggu ke-4 Meuseuraya MAPESA dilokasi, nisan yang ditemukan
berjumlah 30 nisan atau berjumlah 20 makam diantaranya, 9 makam masih lengkap (nisan
kepala dan kaki) serta 11 makam lainnya hanya ditemukan masing-masing satu
nisan. Dan setiap minggunya selalu membuat kami berdecak kagum dan tersenyum
lega. Setelah beberapa minggu yang lalu kami menemukan Makam Syaikhul ‘Askar wafat 951 H (1544 masehi) ia merupakan seorang
Ulama yang
ditugaskan sebagai instruktur laskar (angkatan bersenjata) Kerajaan Aceh
Darussalam (baca: Mapesa Temukan Makam Syaikhul ‘Askar). Minggu ini dari beberapa nisan kami menemukan
sepasang nisan bertipology Plang Pleng berukir indah penuh pesona dikedalamam
lumpur sekitar 100 cm. Nisan semisal ditemukan dalam jumlah besar di tapak situs kerajaan Lamuri di gampong Lamreh, Krueng Raya kecamatan Mesjid Raya kabupaten Aceh Besar (baca: Nisan-nisan kerajaan Lamuri di Lamreh dan kuta Leubok, Aceh Besar).
Jenis batu nisan plakpleng secara
morfologis sangat berbeda dengan batu nisan dari Periode Samudera Pasai dan
Aceh Darussalam. Rancangan bentuknya menyerupai tiang tugu batu yang diukir dan
dipenuhi oleh motif hias yang dipahat dalam dengan tema bunga berukuran besar
seperti teratai biru atau lotus dan melati atau jasmin. Bentuk dan gaya
kaligrafi Islamnya juga sangat berbeda, menggunakan jenis khat Tsulust-Naskhi
dengan garis vertical yang melebar dengan ujung-ujung terpotong tajam.
Tim Mapesa berhasil mengangkat kembali nisan plang pleng setelah belasan tahun terbenam dalam lumpur. |
Persebaran batu nisan jenis
plang pleng dengan rancangan bentuk dan gaya motif hias serta gaya dan jenis khat
kaligrafi Islam cukup luas di Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti Kampung
Pande, Kampung Tibang, Mukim Tanjong-Tungkop, Kampong Ilie di Mukim Ulee Kareng,
Mukim Lamreung, dan Mukim Siron, Mukim Lamlhom, Kampung Lam Ujong-Aceh Besar.
Rancangan bentuk motif dan gaya seni pahat batu nisan ini sering ditemukan dan
secara kronologis yang lebih awal yaitu akhir abad ke-15 M hingga awal abad
ke-16 M.
Jenis batu nisan plang pleng dari
Kampung Pande berasal dari pertengahan akhir abad ke-15 M, yaitu 1460-an M. Taqiyuddin
Muhammad yang telah membaca teks epitaph berhasil membaca beberapa batu nisan jenis ini
di Kampung Pande, terutama beberapa nisan Plang Pleng yang berada di pemakaman
Tuan di Kandang salah satunya diantaranya milik Malik (Raja) Fahzar wafat dalam tahun 860-an hijriah (1460-an
masehi) (Bacan: Batu nisan Pasai dari Neusu). Bagi kami, terbayar
sudah pengorbanan hari itu.
Dengan matahari menyayat kulit hari itu, dengan tenaga hari
itu, makan siang penuh kesederhanaan hari itu, luapan haru suka cita hari itu.
Kami apalah hebatnya, hanya segelintir masyarakat Aceh yang
peduli dengan sejarah indatu.
Tak kuasa hasrat kami menyusun acara-acara penuh dengan
kemegahan di gedung mewah untuk mempromosikan sejarah hebat dahulu ini kedunia
luar agar ianya lebih dipedulikan.
Biarkanlah kami saat ini menjadi kerbau terhormat bermain
dengan lumpur guna mencari jejak kami, jati diri kami.
Tim Mapesa foto bersama seusai kedua nisan Plang Pleng berhasil di angkat kembali keatas permukaan. |
Harapan kami kiranya yang terhormat-hormat lainnya
sedikit memperdulikan hasil penemuan ini agar terus terawat dan terlestarikan. Jika dibiarkan terus begini, maka benda-benda bersejarah yang menyimpan dokumen penting tentang kegemilangan kesultanan Aceh Darussalam tersebut perlahan akan rusak dan dikhawatirkan akan hilang. Para pendahulu Aceh dulu telah meninggalkan jejak dan identitas bagi generasinya, sepatutnya kita generasi yang mewarisinya menjaga, merawatnya serta mengambil i'tibar untuk melangkah maju kedepan dalam membangun bangsa yang bertuah ini.
Foto kegiatan Meuseuraya (gotong royong) penataan situs Syaikh Tun Kamil gampong Pande kecamatan Kutaraja kota Banda Aceh minggu, 25 september 2016 :
Foto kegiatan Meuseuraya (gotong royong) penataan situs Syaikh Tun Kamil gampong Pande kecamatan Kutaraja kota Banda Aceh minggu, 25 september 2016 :
Sepasang nisan Plang Pleng ditemukan dalam bendaman lumpur setelah penggalian sedalam 100 cm |
Nisan diikut untuk proses pengangkatan. |
Dan nisan pun berhasil diangkat ke atas permukaan.
Dan nisan pun berhasil diangkat ke atas permukaan. |
Proses evakuasi nisan untuk ditata kembali ke tempat asal. |
Membersihkan lumpur yang menutupis nisan. |
Foto kegiatan secara lengka bisa dilihat disini.
0 Komentar