Tim Mapesa saat meninjau makam Syahbandar Mu'tabar Khan di gampong Jawa Banda Aceh. |
"Kehadiran Syahbandar Mu'tabar Khan dalam perjalanan sejarah Aceh Darussalam diketahui dalam surat 'usyur yang diterbitkan Pemerintah Aceh Darussalam untuk kapal dagang Kerajaan Denmark yang singgah dan melintasi perairan dalam kekuasaan Aceh Darussalam. Dalam surat itu disebutkan bahwa washil ('usyur) telah dibayar oleh kapal dagang Denmark ke furdhah tatkala itu hadapan Syahbandar Mu'tabar Khan".
Syahbandar Mu'tabar Khan
Dalam kedukaan atas musibah yang tidak dapat ditolak, yang terjadi di Pidie Jaya dan sekitarnya, hari-hari ini; dalam kemurungan hati yang walau bagaimanapun telah memasrahkan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa serta senantiasa mengharapkan pertolongan-Nya, Mapesa masih saja mampu berkerja di lapangan yang menjadi perhatian dan medan perjuangannya. Namun di banyak waktu, tidak dapat dipungkiri, bahwa hati dan pikiran masih tetap terhanyut dalam kedukaan yang bersemayam di bawah langit Bandar Baru (Luengputu) sampai Samalanga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala segera menggantikan duka dengan suka, dan Dia, atas segala sesuatu, Maha Kuasa.
Dalam hari-hari kedukaan ini, seorang tokoh besar dalam sejarah Aceh Darussalam ditemukan pula. Tidak disangka-sangka, Mapesa berhasil menemukan tempat di mana jasad tokoh itu telah dibaringkan dalam rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Peristiwa gempabumi yang berpusat di Pidie Jaya dalam bulan Rabi'ul Awal tahun ini akan terus dikenang bersama penemuan makam tokoh besar dalam sejarah Aceh, yang telah sekian lama terlantar di bilangan Gampong Jawa, tidak jauh dari tepi aliran Krueng Aceh (sekira 50 m), di Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.
Makam tokoh tersebut ditemukan dalam kompleks pemakaman yang tampaknya adalah tempat dimakamkan sejumlah tokoh besar lainnya. Mereka adalah tokoh-tokoh yang telah memimpin perjalanan sejarah Aceh Darussalam di masa-masa kemajuannya sekitar abad ke-12 sampai ke-13 hijriah.
Kehadiran Syahbandar Mu'tabar Khan dalam perjalanan sejarah Aceh Darussalam diketahui dalam surat 'usyur yang diterbitkan Pemerintah Aceh Darussalam untuk kapal dagang Kerajaan Denmark yang singgah dan melintasi perairan dalam kekuasaan Aceh Darussalam. Dalam surat itu disebutkan bahwa washil ('usyur) telah dibayar oleh kapal dagang Denmark ke furdhah tatkala itu hadapan Syahbandar Mu'tabar Khan.
Arsip Aceh yang tersimpan di Copenhagen, Denmark.
bertarikh 1147 H (1734 M)
(Sumber: Museum Negeri Aceh) |
Syahbandar adalah penguasa kawasan pelabuhan dan dermaga, dan dikarenakan makam Syahbandar Mu'tabar Khan ditemukan di daerah tepi kiri Krueng Aceh menuju kuala, maka dapat diyakini Almarhum adalah penguasa di kawasan pelabuhan utama Bandar Aceh Darussalam, yang dalam suatu sumber disebut dengan bandar Darul Ma'mur. Gampog Jawa sendiri juga sering disebut-sebut dalam beberapa kepustakaan kesusastraan klasik berbahasa Jawiy.
Penemuan makam Syahbandar Mu'tabar Khan, dapat saya katakan, adalah berkat kerja serius yang dilakukan tim Mapesa bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat, dan secara lebih khusus adalah berkat kerja tak kenal lelah oleh Ketua Mapesa sendiri, Adinda Mizuar Mahdi Al-Asyi. Bahkan, khusus untuk Syahbandar Mu'tabar Khan, mutlak harus saya akui agar dapat menjadi catatan di kemudian hari, bahwa penemuan makam tokoh penting ini adalah sepenuhnya berkat ketulusan kerja Adinda Mizuar Mahdi Al-Asyi. Dialah yang telah membacakan dan memperbaiki bacaan saya terhadap inskripsi yang terdapat pada nisan makam Syahbandar Mu'tabar Khan. Kekeliruan saya ketika membaca kata "syahbandar" sebagai "syahid" merupakan sebuah kesalahan fatal. Adinda Mizuar Mahdi kemudian telah membandingkan tulisan yang terdapat pada nisan dengan yang terdapat pada naskah surat untuk kata ini, dan ternyata kemudian, kebenaran sepenuhnya memihak Adinda saya yang baik hati itu; kata yang tertulis pada nisan makam tersebut adalah Syahbandar, bukan syahid. Selain itu, ia juga telah membaca Mu'tabar Khan, yang sebelumnya bagi saya tidak begitu jelas. Lagi-lagi, kebenaran berada di pihaknya. Dari itu, saya selalu yakin bahwa ketulusan niat niscaya selalu menerangi hati dan perjalanan. Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menunjuki jalan-jalan-Nya bagi para hamba yang besungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya. Terhutang terima kasih pula, tentunya, kepada kakanda Said Rizal Habsyi beserta sahabat-sahabatnya yang telah selalu bersedia memberikan informasi dan menemani Mapesa di lapangan.
Berikut ini adalah inskripsi yang terpahat pada nisan makam Almarhum Syahbandar Mu'tabar Khan:
Inskripsi pada nisan Syahbandar Mu'tabar Khan Gampong Jawa Banda Aceh. |
هذا
تراب نسان
شهبندار معتبر
خان معزول ابن لقسمان
يكن فاكي
Ini
[adalah] tanah [kubur] nisan
Syahbandar Mu'tabar
Khan Ma'zul bin Laksamana
[Yakan Faki?]
Catatan: Syahbandar Mu'tabar Khan boleh jadi merupakan sebuah gelar jabatan yang disandang oleh tokoh yang bernama Ma'zul (Maghzul?), dan tokoh ini adalah putra dari seorang laksamana yang namanya, dengan bacaan terbaik dari saya, Yakan Faki (?), mengesankan sebuah nama dalam bahasa Turki 'Utsmani, atau dari kawasan di utara Libanon. Kajian lebih mendalam akan dilakukan nantinya.
Sesungguhnya, selain makam Syahbandar Mu'tabar Khan, Mapesa dalam beberapa bulan terakhir ini telah menemukan sejumlah tokoh penting lainnya, namun dikarenakan satu dan lain hal, penyiaran tentang tokoh-tokoh sejarah tersebut belum dapat dilakukan. Di antara tokoh yang juga baru saja ditemukan di Gampong Jawa, adalah Almarhum Maharaja Muda yang wafat pada 4 Rajab 1002 hijriah (25 Maret 1594).
Nisan Maharaja Muda, wafat 1002 H (1594 M) Gampong Jawa Banda Aceh. |
Untuk pemberitahuan awal, Ahad, akhir pekan ini, Mapesa dan masyarakat Gampong Jawa, dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala, akan mengadakan ziarah, doa bersama sekaligus Meuseuraya membersihkan dan menata kembali kompleks makam bersejarah ini. Dalam hal ini, saya kira, Mapesa juga akan mengajak masyarakat luas untuk bersama-sama berada di ribaan sejarah Aceh Darussalam selama setengah hari. Dan, menurut rencana, serta bila Allah Subhanahu wa Ta'ala mengizinkan, akan turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh.
Diharapkan kegiatan tersebut akan dapat memberikan banyak kebaikan bagi masyarakat Aceh, hari ini dan di masa depan.
Batoh, 9 Rabi'ul Awal 1438
Oleh: Musafir Zaman
0 Komentar