Komplek makam Sundusu Balad, Gampong Pande, Banda Aceh. |
Yang dimaui dari penyiaran gambar-gambar ini bukanlah agar
seseorang tambah semangat untuk hanya mencela Pemerintah atau pihak-pihak lain.
Yang dimaui adalah agar dapat sama-sama berpikir dan berkerja, sambil
berdiskusi, untuk menyelamatkan dan melestarikan semua peninggalan sejarah Aceh
agar itu semuanya nantinya dapat diwariskan ke generasi Aceh masa depan.
Bagi saya, sejarah bangsa dan umat adalah ibarat jantung yang
mampu memompa serta mengalirkan pelajaran, pengalaman, inspirasi serta semangat
untuk membangun masa depan bangsa, umat, dan Islam, dalam tuntunan dan
keridhaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Dan dalam pandangan saya, jantung yang
dimiliki oleh Aceh sampai dengan waktu ini, masih harus perlu disembuhkan,
dipulihkan dari berbagai kerusakan yang dideritanya, agar dapat bekerja
maksimal sehingga pada gilirannya mampu memperlihatkan kepada kita suatu visi
yang terang bagi perjalanan kehidupan, yang tentunya, tidak hanya untuk
menguntungkan diri kita secara pribadi.
Ada deru sedu-sedan dan tangis yang masih terdengar di
telinga sampai hari ini, dan ada linangan air mata yang sampai detik ini masih
membasahi dada. Dan itu semua disadari adalah oleh karena suatu cita-cita
besar. Apakah itu semua kemudian akan dibiarkan berlalu begitu saja, berhenti,
memudar dan lenyap. Sayang sekali jika kita tidak kembali berkerja untuk
membangun apa yang telah dimulai!
Dari sebuah perenungan panjang terhadap apa yang telah
berlaku dan berlalu, saya melihat ada sekian kerja pendahuluan yang mesti
dilakukan menuju "pembangunan" dalam makna yang kita inginkan. Salah
satunya adalah "pembenahan memori". Dari sebuah rekaman yang keliru
(termanipulasi), saya kira, akan melahirkan pemikiran yang keliru, bahkan
sangat jauh menyimpang, dan dari itu tentunya akan lahir pola pandang dan
tindakan yang keliru pula.
Pembenahan memori bangsa, dengan demikian, saya kira adalah
kerja yang tidak kurang pentingnya daripada berbagai kerja urgen lainnya dalam
suatu pembangunan dalam makna yang kita inginkan. Dan oleh karena itu pula,
saya yakin, CISAH dan MAPESA hadir di lapangan peninggalan sejarah, di
bekas-bekas permukiman kuno yang terabaikan dan jauh dari kepedulian, demi
mengutip satu per satu, penggal per penggal, dari bagian sejarah yang tersisa,
adalah sebagai sebuah kerja awal dan ilmiah dalam rangka pembenahan memori
serta memulihkan kondisi jantung bangsa dan umat .
Becermin dari satu firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam
Surah Hud ayat 120:
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاءِ
الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ
وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Dan semua kisah rasul-rasul, Kami Ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami Teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah
diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang
beriman. (Hud: 120)
Maka adalah suatu permintaan dengan penuh kerendahan kepada
Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih semoga Ia menganugerahkan rahmat,
kemudahan serta pertolongan-Nya. Amin.
0 Komentar