Bagaimana
jika tiba-tiba kita hilang ingatan? Seseorang menyapa kita dengan ramah,
menanyakan tentang keadaan kita, tapi kita malah tidak mengenalinya! Seseorang
memanggil kita dengan kasar, marah-marah, membentak-bentak, tapi kita justru
bingung kenapa orang ini marah-marah! Bahkan ketika seseorang menanyakan nama
kita, kita jadi kelabakan, linglung, berusaha berpikir keras sampai kening
berbintik peluh, namun pada akhirnya kita tidak tahu harus menjawab apa; kita
tidak punya apapun nama untuk disebutkan!
Atau, bagaimana pula jika ingatan kita mendadak kacau. Gambar-gambar yang tampil di layar otak tampak terpotong-potong, simpang siur, satu sama lainnya saling kontradiksi, terkadang gambar tampak terang tapi di kebanyakan waktu sangat kabur. Jika seseorang datang bertanya tentang sesuatu yang dikiranya kita tahu, tapi ternyata kemudian kita tidak memiliki satu jawaban pun yang terang, tegas, mudah dipahami. Kita cuma menyangka-nyangka, mengira-ngira, berbelit-belit; sekali waktu kita mengatakan begini dan di lain waktu, lain lagi. Apa yang kita lihat di layar otak kita hanyalah sejumlah gambar yang kacau, tindih menindih dan amat berantakan.
Atau, bagaimana pula jika ingatan kita mendadak kacau. Gambar-gambar yang tampil di layar otak tampak terpotong-potong, simpang siur, satu sama lainnya saling kontradiksi, terkadang gambar tampak terang tapi di kebanyakan waktu sangat kabur. Jika seseorang datang bertanya tentang sesuatu yang dikiranya kita tahu, tapi ternyata kemudian kita tidak memiliki satu jawaban pun yang terang, tegas, mudah dipahami. Kita cuma menyangka-nyangka, mengira-ngira, berbelit-belit; sekali waktu kita mengatakan begini dan di lain waktu, lain lagi. Apa yang kita lihat di layar otak kita hanyalah sejumlah gambar yang kacau, tindih menindih dan amat berantakan.
Bagaimana jika salah satu dari dua kondisi ini terjadi?
Akankah
kita mengatakan, kita tidak peduli tentang siapa dan bagaimana kita
sebelumnya? Akankah kita mengatakan, hari-hari yang lalu tidak lebih dari
hari-hari yang telah berlalu, tidak punya apapun kaitan dengan kita saat ini?
Akankah kita mengatakan, kita saat ini adalah kita saat ini serta apa yang akan
kita kerjakan ke depan, tanpa memerlukan ingatan yang terang tentang siapa dan
bagaimana kita di waktu yang lalu?
Kita
mungkin dapat mengatakan apa saja, tapi dalam kenyataan hidup, mampukah kita
bertahan dan melewati kehidupan dengan tanpa ingatan atau dengan ingatan yang
kacau, yang dengan sendirinya kita juga telah memutuskan untuk mengabaikan
setiap orang yang bersikap ramah kepada kita seperti halnya kita mengabaikan
orang yang melempari kita dengan batu?
Bukankah
dengan tanpa ingatan atau dengan ingatan yang kacau, kebijaksanaan dalam
kehidupan adalah sesuatu yang sangat sukar dicapai?
Bukankah
dengan tanpa ingatan yang terang, yang membantu kita dalam menentukan sikap
terhadap segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini, kita menjadi
tidak lebih dari "makhluk-makhluk yang melata di atas muka bumi" yang
saban waktu hanya dapat mengharapkan belas kasihan.
Lantas,
bagaimana lagi apabila suatu hari kemudian kita tersadar pula bahwa ternyata
banyak macam orang dengan banyak macam kepentingan telah sengaja membuat kita
hilang ingatan atau mengacaukan ingatan kita. Mereka melakukannya lewat
sejumlah manipulasi, pengaburan, propaganda dan makar. Apakah kita akan tinggal
diam, pasrah dan membiarkan mereka memperlakukan ingatan kita sesuka hati
mereka demi mencapai apapun kepentingan mereka?
Tidak
patutkah kita berusaha untuk mengembalikan dan memulihkan ingatan kita, dan
bahkan kemudian mewariskannya kepada anak cucu kita nanti?
Jika usaha
pengembalian dan pemulihan ingatan ini sudah dianggap tidak patut dan tidak
perlu, maka sebaiknya kita perlu melakukan pemeriksaan mendalam terhadap
berbagai komponen pembentuk kemanusiaan kita. Sebab, sudah dapat dipastikan ada
sejumlah komponen yang sedang dalam kondisi rusak parah!
Original post: Aceh Darussalam Academy
0 Komentar