Peta Jalur-jalur Pelayaran di Teluk Aceh dan Pelabuhan Internasional Kesultanan Aceh Darussalam
Peta ini adalah
salah satu peta yang dimuat dalam Le Neptune Oriental dédié au Roi, sebuah
karya kartografi yang pertama sekali diterbitkan oleh kartografer asal
Perancis, d'Apres de Mannevillette (1707-1780), pada 1745.
Sebagai salah
satu grafik untuk atlas hidrografi dari hasil perjalanan ke Cina pada 1728,
d'Apres de Mannevillette telah menjudulkan peta ini dengan "Plan de la
rade d'Achem et des isles circonvoisines situées à la partie du nord-ouest de
Sumatra" (Peta Teluk Aceh dan pulau-pulau sekitarnya di barat laut
Sumatera).
Titre : Plan de la rade d'Achem et des isles circonvoisines situées à la partie du nord-ouest de Sumatra / [tiré de d'Après] ; Guill. De-la-Haye Auteur : Après de Mannevillette, Jean-Baptiste-Nicolas-Denis d' (1707-1780). Auteur adapté Auteur : Delahaye, Guillaume-Nicolas (1727-1802). Graveur, Sumber: gallica |
Peta yang dibuat pada paroh pertama abad ke-18 ini tentu ditujukan untuk membantu navigasi di Teluk Aceh, dan sudah tentu pula berkenaan dengan kegiatan perdagangan yang pesat sebagaimana dilukiskan James Horsburgh satu abad kemudian dalam The India Directory Vol. 2, 1843: "Aceh adalah sebuah kota yang sangat besar, terletak di tepi sebuah sungai yang bermuara ke laut lewat beberapa cabang sungai yang memisahkan daerah-daerah rendah menjadi pulau-pulau, dan dataran rendah ini, yang terbentuk mulai kaki gunung sampai tepi laut, sebagiannya terendam air pada musim hujan. Ini, dulunya, merupakan sebuah tempat perdagangan yang besar, kerap dikunjungi oleh kapal-kapal dari berbagai negara di Eropa, begitu pula dari Cina dan dari seluruh wilayah di India. Tapi itu pada masa Kerajaan Aceh berkembang pesat dan sangat berkuasa. Sekarang, Kerajaan Aceh sudah melemah dan jauh merosot."
Peta ini
menunjukkan 4 laluan menuju dan keluar dari Teluk Aceh, yakni perairan di depan
daratan Aceh yang dilingkungi oleh pulau-pulau mulai timur sampai barat
lautnya, di mana Pulau Weh adalah terbesar di antaranya.
Malacca Passage
(Jalur Malaka)
Di arah timur
atau timur laut Teluk Aceh terdapat laluan kapal yang disebut dengan Jalur
Malaka (Malacca Passage). Kapal-kapal yang datang dari atau pergi ke arah timur
dan timur laut, sebagaimana diterangkan Horsburgh (1843) dapat melintasi Jalur
Malaka yang terbentuk di antara Pulau Weh dan pesisir Sumatra dengan Pulau
Malora atau Pulau Buru di antara keduanya. Laluan di kedua sisi pulau ini aman
untuk pelayaran, terang Horsburgh.
Bengal Passage
(Jalur Benggala)
Horsburgh
(1843) membeberkan bahwa laluan yang paling nyaman untuk keluar dari Teluk Aceh
ke arah utara adalah dengan melewati jalur yang terbentuk di antara Pulau Breuh
dan Pulau Weh, yang disebut dengan Jalur Benggala (Bengal Passage). Itu
dikarenakan, rata-rata, arus mengarah ke arah itu. Namun bagi kapal yang
mengarah ke Teluk Aceh, Jalur Malaka dianggap lebih baik. Kapal dari arah barat
menggunakan Jalur Surat (Surat Passage), tetapi untuk menuju ke barat dari
Teluk Aceh, Jalur Benggala lebih menguntungkan sebab muson barat daya
mengelilingi Pulo Breuh dan bertiup ke arah barat. Sebuah pulau terluar di
jalur ini, sampai sekarang, masih disebut dengan Pulo Benggala atau juga
disebut dengan Batee Lhe blah.
Sedre Passage
(Jalur Sedre/Cedar)
Jalur, yang
hari ini lebih dikenal dengan Aruih Raya (arus besar) sebenarnya lebih besar
daripada Jalur Surat, yang dikenal dengan Aruih Cut (arus kecil), dan jauh lebih
aman daripada yang diperkirakan, tapi menurut Horsburgh (1843), jarang sekali
kapal-kapal melewati laluan ini. Jalur Sedre (Aruih Raya) terletak antara Pulau
Nasi (Pulo Nancy) di arah utara, serta Pulau Batu (Stony Island) dan Pulau
Bunta (Pulo Gomez) di arah selatan. Satu-satunya bahaya di jalur ini berada di
jalan masuk sebelah barat; karang-karang menjorok dari Pulau Bunta (Pulo Gomez)
ke arah barat, di mana gelombang laut akan memecah tinggi dalam cuaca buruk,
begitu pula dengan karang-karang di sisi utara yang dekat dengan titik barat
Pulau Nasi.
Surat* Passage (Jalur Surat)
Surat* Passage (Jalur Surat)
Dari sisi
utara, Jalur Surat dipisah oleh Pulau Bunta (Pulo Gomez), Pulau Batu (Stony
island) dan Pulau Cincin yang berada tepat di garis laluan Kedua pulau yang
terakhir disebutkan (Pulau Batu dan Cincin) dirantai oleh karang-karang.
Sementara di sisi selatan laluan adalah Ujung Raja (King Point) yang merupakan
ujung terbarat dari pantai barat Sumatra. Mendekati Jalur Surat dari arah barat
daya akan memperlihatkan lajur daratan yang tertutup; pulau-pulau bersebelahan,
Bunta (Gomez), Nasi (Nancy) dan Breuh (Brasse), muncul untuk bergabung dengan
daratan saat dilihat dari arah itu.
*Surat adalah
sebuah kota di negara bagian Gujarat, India. Hari ini merupakan kota besar
kedelapan di India. Pada masa lampau, Surat adalah sebuah kota pelabuhan raya.
*) Materi ini dipamerkan di stan Wali Nanggroe pada acara Sail Sabang 2017. Kerjasama Lembaga Wali Nanggroe dengan Pengurus Mapesa.
Dikutip dari group Mapesa.
Titre : Plan de la rade d'Achem et des isles circonvoisines situées à la partie du nord-ouest de Sumatra / GraveurSumber: http://gallica.bnf.fr/ |
0 Komentar