Bandar Teluk
Samawi
*) Materi ini dipamerkan di stan Wali Nanggroe pada acara Sail Sabang 2017. Kerjasama Lembaga Wali Nanggroe dengan Pengurus Mapesa.
* Baca postingan sebelumnya:
Daerah ini pada
masa kemudian dikenal dengan Lhokseumawe, sebuah kota di pantai utara Aceh.
Von Schmidt,
seorang kapten laut Belanda, mencatat dalam bukunya, Telok Semawe, de Beste
Haven op Atjeh's Noordkust (Teluk Samawi, Pelabuhan Terbaik di Pantai Utara
Aceh), 1887, bahwa Teluk Samawi terletak sekitar 6 mil sebelah barat Diamont
Point (titik timur laut pulau Sumatra), dan telah diperuntukkan untuk
perdagangan. Pantai sebelah baratnya merupakan kedudukan dari Negeri Teluk
Samawi.
Sambil memuat
sebuah peta Teluk Samawi dalam bukunya itu, Kapten laut ini juga menyatakan
bahwa Teluk Samawi memiliki lokasi yang bagus, di mana dalam waktu yang sama,
ratusan kapal besar dapat menemukan tempat berlabuh yang bagus, dan kapal-kapal
kecil dalam jumlah yang banyak dapat bersandar di dekat pantai. Bahkan, dalam
kondisi angin timur laut yang bertiup terus menerus, rumpun-rumpun bambu dan
pantai dapat bertahan di sepanjang laguna yang tidak hanya cocok untuk
kapal-kapal kecil, tapi juga untuk kapal yang dapat dilayari.
Peta dari buku Telok Semawé de beste haven op Atjeh's noordkust (Teluk Samawi, Pelabuhan Terbaik di Pantai Utara Aceh), 1887. Oleh J.H.P. von Schmidt auf Altenstadt. |
Von Schmidt
menerangkan pula bahwa untuk kapal uap dan kapal layar yang menuju Straits
Settlements (Semenanjung Melayu), Cina, Jepang dan lainnya, atau kembali dari
sana lewat Selat Malaka menuju jalur Cedar (Sedre Passage) atau bagian dekat
Pulau Weh dan Pulau Breuh, Teluk Samawi dapat digunakan sebagai pelabuhan
singgahan untuk berbagai perbaikan, menyuplai perbekalan, dan memasok batu bara
atau air.
Bagaimanapun,
kepentingan Teluk Samawi di jalur pelayaran Dunia sebenarnya telah diketahui
sejak ratusan tahun sebelum Von Schmidt. Sedikitnya sejak abad ke-7 Hijriah
(ke-13 Masehi), sebuah kerajaan Islam telah memantapkan keberadaannya di
pesisir teluk itu.
Sebelum abad
ke-7 Hijriah (ke-13 Masehi), daratan di lekuk laut pantai utara Aceh itu,
tampaknya, telah mengundang ketertarikan banyak orang dari daratan benua Asia
untuk berkunjung lantas menetap di sana.
Nama satu
kawasan besar di bagian timur Teluk Samawi, yang hari ini menjadi
wilayah-wilayah administratif Kecamatan Syamtalira Bayu, Kecamatan Samudera,
Kecamatan Syamtalira Aron, memberitahukan secara pasti akan adanya sebuah
toponimi kuno berkenaan dengan daratan ini. Toponimi kuno itu adalah
Syamtalira.
Setelah
dilakukan pelacakan ke asal usul bahasa dari nama ini, ternyata, ditemukan
bahwa nama ini berasal dari bahasa Kurdi; "Syamata" (Şamata) yang
berarti tanah mengandung garam, dan "Liyrah" yang berarti di sini
(Fazel Nizameh Din, Ferhengê Estêre Geşe, 2003). Nama ini dengan demikian
bermakna "Di sini, tanah mengandung garam", dan sama sekali tidak
menyimpang dari kenyataan alamiah di mana daratan di pesisir timur teluk ini
memang merupakan daerah yang dapat menghasilkan garam. Garam, tampaknya, telah
menjadi satu di antara sejumlah pertimbangan yang mendorong banyak orang di
masa lampau untuk memilih pesisir teluk ini sebagai tempat tinggal dan menetap
sampai dengan sebuah kerajaan Islam berdiri dan mengukuhkan nama Syummutrah
yang juga berasal dari kata Şamata (tanah mengandung garam).
Syummuthrah
atau Syammutrah kemudian berkembang pesat menjadi kota pelabuhan serta pusat
da'wah Islam ternama di Asia Tenggara selama di bawah pemerintahan dinasti yang
dibangun oleh Sultan Al-Malik Ash-Shalih (wafat 696 H/1297 M). Dinasti ini
memerintah sampai dengan permulaan abad ke-10 H (ke-16 M), dan oleh karena
keterkenalan kota ini pula, pulau besar paling barat Asia Tenggara dikenal
dengan Sumatra.
*) Materi ini dipamerkan di stan Wali Nanggroe pada acara Sail Sabang 2017. Kerjasama Lembaga Wali Nanggroe dengan Pengurus Mapesa.
Dikutip dari group Mapesa.
* Baca postingan sebelumnya:
Peta Telok Semawe dibuat pada Juni 1880 dengan skala 1: 20.000. Sumber: ANftl Aceh No. 40/1894 |
Nonton Film
Dokumenter:
Oleh: CentralInformation for Samudra Pasai Heritage (CISAH) diupload melalui saluran Youtube
MISYKAH TV.
Teluk Lhokseumawe. Foto by Irfan M. Nur. |
Teluk Lhokseumawe. Foto by Irfan M. Nur. |
0 Komentar